PENGUSIRAN SETAN DALAM 6 AGAMA


  Pengusiran setan adalah suatu praktik yang sudah lama dilakukan sejak manusia mengenali kepercayaan animisme, dinanisme dan toteisme. Praktik ini pun dilakukan di seluruh dunia dan dilakukan sesuai dengan kepercayaan setempat. Kita bisa menjumpai berbagai macam bentuk praktik pengusiran setan baik sesuai dengan agama tertentu atau sesuai dengan kepercayaan setempat, dan malah ada beberapa di dunia ini mempraktikan pengusiran setan dengan menggabungkan agama dan kepercayaan setempat. Tetapi disini saya akan berfokus mengenai pengusiran setan menurut beberapa agama yang ada di dunia :


KRISTEN


Gambar 1.0 Pengusiran Setan di dalam Katolik Roma


Gambar 1.1 Pengusiran Setan di dalam Orthodoks Koptik



Gambar 1.3 Pengusiran Setan di dalam Protestan

  Dalam agama Kristen, Yesus mengajarkan kedua belas muridnya (lebih dikenal sebagai 12 Rasul) terdahulu  untuk melakukan pengusiran setan (lebih dikenal dalam bahasa Latin "Exorcismus") dalam nama Yesus Kristus. Lalu di dalam agama Kristen terdapat berbagai macam denominasi seperti Katolik, Orthodoks, Anglikan, Protestan dan berbagai aliran Kristen lainnya. Mereka mempunyai aturan dan cara tersendiri dalam melakukan pengusiran setan, karena untuk melakukan pengusiran setan tidak sembarang bisa dilakukan oleh umat awam (kecuali di dalam Protestan mereka tidak membatasi siapa saja yang melakukan exorcismus atau pengusiran setan, karena dianggap sebagai bagian dari perwataan atau sebagai bentuk praktik sebagai pelaku firman Tuhan).

  Di dalam Katolik baik itu ritus Roma maupun ritus-ritus Timur, exorcismus sudah diatur di dalam kitab hukum kanon (kitab undang-undang gereja), seperti di dalam Katolik Roma exorcismus diatur di dalam Kitab Hukum Kanonik dan Rituale Romanum, dimana exorcismus hanya bisa dilakukan oleh imam yang sudah terlatih atau diakui legalitasnya oleh keuskupan setempat/pihak dari Vatikan, sedangkan umat awam hanya bisa melakukan doa pembebasan atau doa umum dimana umat awam bisa mendoakan sebatas doa Bapa kami, salam maria, doa Malaikat Michael, dan doa-doa pada umumnya, dikarenakan untuk menghindari penyalagunaan pengusiran setan dari umat awam baik itu hiporia, ketenaran, atau kegagalan yang justru dapat membuat kesan dan citra buruk terhadap ajaran Kristen.

  Exorcismus di dalam berbagai ritus Katolik dan Orthodox berbeda dengan aliran Protestan, karena di dalam gereja Katolik dan Orthodox, exorcismus dilakukan tidak sembarangan tanpa adanya pemeriksaan atau rekaman medis sebelum orang tersebut dinyatakan kerasukan setan. Karena tidak semua memiliki tanda-tanda kerasukan bisa dinyatakan kalau ia sedang kerasukan, tetapi bisa jadi mengidap suatu penyakit tertentu atau justru berpura-pura. Pada umumnya exorcismus dalam ritus gereja Katolik, sang exorcist atau imam yang dipilih melakukan pengusiran setan dengan membaca doa khusus yang ada di dalam Rituale Romanum atau kitab pedoman dan menggunakan benda-benda suci seperti salib (umumnya salib yang memiliki medali Benedictus), dan air suci, tetapi terkadang mengangkat pujian dari litani orang kudus sebagai pamungkas dalam exorcismus

  Lalu untuk exorcist dalam gereja Orthodoks umumnya imam akan melakukan pengusiran setan dengan Troparion (Himne pendek) atau doa-doa yang ada dalam buku yang memuat doa-doa pengusiran setan, salib, air suci. dan ikon yang memiliki relik tingkat 1 dan 2. Di dalam gereja Protestan, pengusiran setan tidak dilakukan secara struktural atau menggunakan berbagai alat devosi seperti hal nya dalam gereja Katolik dan Orthodoks. Siapapun dapat melakukannya baik pendeta maupun umat awam, dan pengusiran setan dilakukan dengan menyebut nama Yesus dan terkadang menggunakan mazmur atau puji-pujian sederhana untuk melakukan pengusiran setan.





ISLAM




Gambar 1.4 Pengusiran Setan di dalam Islam

  Di dalam agama Islam pengusiran setan (dikenal dengan sebutan ”Ruqya”: bahasa arab : روكيا)  dilakukan untuk meminta pertolongan kepada Allah S.W.T ( bahasa arab : الله ) dalam mengobati penyakit baik medis maupun non medis dan mengusir roh-roh jahat yang disebabkan oleh sihir jahat, maupun dari roh-roh jahat. Ruqya termasuk bagian dari pengobatan alternatif Islam kontemporer yang disebut al-Tibb al-Nabawi (Pengobatan Nabi). Ruqya di dalam agama Islam pada umumnya dilakukan oleh seorang kyai, ustad atau syekh, atau umat awam tertentu yang menguasai ilmu ruqya, lalu mereka menempatkan tangan di kepala pasien sambil membaca ayat-ayat suci Al-Quran, tapi ini tidak wajib. Titik lain selain kepala adalah ujung jari tangan, ujung jari kaki, dan lutut yang akan ditekan. 


  Ruqya ditangani sesuai gender karena ditakutkannya bukan Muhrim, jadi jika pasien dan peruqya berbeda gender maka para perukia biasanya menggunakan sarung tangan dan sebatang kayu halus untuk menyentuh titik-titik penyembuhan. Dalam Ruqya, para peruqya selain membaca ayat-ayat suci, mereka juga terkadang memercikan air (biasanya air Zamzam) atau farfum non-alkohol yang disebut ittarDalam Ruqya, para peruqya membacakan ayat-ayat suci dari Al-Qur'an, dan mendengungkan Adzan kepada pasien untuk memukul mundur roh-roh jahat atau para Jin jahat (Kafir). Dalam ajaran islam, Nabi Muhammad S.A.W mengajarkan pengikutnya untuk membaca ayat Kursi, dan tiga surah terakhir dari Al-Qur'an, Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq dan Surat an-Nas untuk melawan roh-roh jahat atau para Jin Kafir tersebut.


Uniknya ruqya dalam islam adalah pengusiran tidak harus dilakukan dengan cara ruqya, karena ini tergantung pada level gangguan yang dialami sang pasien. Jika ia mengalamin gangguan yang belum membahayakan nyawa, maka akan ditangani oleh umat awam dengan membacakan ayat Kursi. Tetapi jika tingkat gangguan sudah membahayakan nyawa pasien, maka disarankan untuk membawa ke tempat ruqya.



 HINDU


Gambar 1.5 Pengsurian Setan di dalam Hinduisme

  Di dalam agama Hindu pengusiran setan atau roh-roh jahat tidak terlepas dari Kitab Weda (dalam bahasa Sansekerta “Veda” वेद)dari keempat Weda;  Atharwa Weda dikatakan berisi sastra suci dan rahasia yang berhubungan mengenai pengusiran setan, maupun sihir.  Sarana dasar yang digunakan para pendeta Hindu dalam pengusiran setan adalah mantra dan Yajna yang digunakan dalam kedua tradisi Weda dan Tantra. Tradisi Waisnawa juga menyarankan pembacaan nama-nama Narasimha dan membaca kitab suci, terutama Bhagavata Purana.



  Ada beberapa perbedaan antara pengusiran setan menurut Hindu di India dengan Hindu di Indonesia (Bali). Di India, para pendeta Hindu akan membacakan mantra-mantra dan Yajna kepada pasien dari Padma Purana, lalu selama pembacaan akan dipercikan air dari sungai Gangga, atau membaringkan si pasien di depan lukisan Dewa Trimurti (Dewa Brahma, Dewa Wisnu, Dewa Siwa), terkadang dengan bermain Kirtan maupun meniup Conches atau trompet yang terbuat dari kerang laut. Lalu setelah itu roh akan disuruh keluar dan dibawa ke tempat yang disediakan (Umumnya tanah lapang yang sepi atau ruang bawah tanah dalam Kuil khusus atau bangunan kosong) sehingga roh tidak akan mengganggu sang pasien lagi, dan diharapkan bisa mengalami reinkarnasi ke kehidupan selanjutnya dan tidak lagi mengganggu manusia.

  Menurut Gita mahatmya dari Padma Purana, jika  membacakan ayat 3, 7 dan 9 dari Bhagavad Gita akan memberikan efek memukul mundur kepada roh-roh jahat dalam diri pasien. Sedangkan di Indonesia (Bali) para pedande membacakan mantra-mantra Padma Purana, lalu memercikan air suci sambil mengitari tubuh pasien dengan dupa yang telah di doakan.  

  Di India, umat Hindu juga percaya bahwa berdoa kepada Dewa Hanuman atau Dewa Ganesha, akan memberikan hasil yang terbaik. Hal ini juga disebutkan dalam Hanuman Chalisa. Diyakini juga bahwa hanya mengucapkan nama Dewa Hanuman membuat kekuatan jahat dan setan gemetar ketakutan atau patung maupun lukisan Dewa Ganesha. Sedangkan di Indonesia (Bali) umat Hindu percaya bahwa dengan membaca mantra Mrtyunjaya akan memberikan efek memukul mundur roh-roh jahat dari diri mereka, selain itu dengan menaruh sajen juga menawarkan pertolongan dari Sang Hyang Widhi.


BUDDHA


Gambar 1.6 Pengusiran Setan di dalam Buddhisme


  Dalam agama Buddha setan atau roh-roh penasaran berada di alam yang terpisah dengan manusia, tetapi tidak menutup kemungkinan kalau mereka bisa berada di alam manusia, karena ada beberapa roh yang diyakini mereka bergentayangan di dunia disebabkan ada hal yang belum terselesaikan di dunia sehingga mereka belum bisa menyebrang ke alam akhirat untuk reinkarnasi. Pengusiran setan dalam ajaran Buddha lebih banyak dijumpai di negara seperti Thailand, Jepang dan Tibet (Tetapi sumber-sumber untuk menelusuri pengusiran setan dalam ajaran Buddha lebih banyak dijumpai di Tibet). Tidak sembarang Biksu bisa melakukan ritual pengusiran setan, karena sebelum melakukan pengusiran setan kepada pasien, sang Biksu sebelumnya sudah menjalani berbagai puasa maupun pantangan, serta doa dan bermeditasi tingkat tinggi. 

  Dalam prosesnya sang pasien akan dibaringkan di dalam Wihara atau tempat tertentu, lalu Biksu akan memercikan air suci atau beras yang didoakan, untuk memancing keluar roh jahat yang berada di tubuh pasien. Setelah itu Biksu berdialog dengan sang pasien, bilamana roh jahat tidak mau keluar secara baik-baik, makan sang Biksu akan membacakan mantra-mantra untuk memukul mundur roh jahat dari tubuh pasien.

  Dikalangan umat Buddha (awam) mereka biasanya mengenal mantra-mantra untuk pengusiran setan seperti Karaniya Metta Sutta,  Ratana Sutta,  dan Atanatiya Sutta, atau sesuai dengan teknik Tridharma. Pengusiran setan menurut pemahaman ajaran Buddha bertujuan untuk berdamai dengan semua makhluk dan menghindarkan niatan jahat agar tidak semakin jauh dilakukan, dan diharapkan bagi roh tersebut dapat mengalami proses reinkarnasi.


YAHUDI


Gambar 1.7 Pengusiran Setan di dalam Yudaisme

  Didalam agama Yahudi pengusiran setan dianggap sebagai sesuatu yang sangat tabu, karena dalam kisah penciptaan langit dan bumi yang tertulis didalam Tanakh, tidak ada tertulis bahwa YHWH (יהוה) menciptakan malaikat dan makhluk halus, sehingga hal ini membuat umat Yahudi merasa tabu untuk membahas pengusiran setan. Tidak semua para Rabbi dapat melakukan pengusiran setan, hanya Rabbi yang memahami dan sudah lama mempelajari mengenai Kabbalah (Mistisme Yahudi mengenai misteri Ilahi) dan Talmud yang dapat melakukan ritual pengusiran setan. Pengusiran setan jarang dilakukan oleh para Rabbi pada zaman modern ini dan kebanyakan kasusnya bisa ditelusuri di daerah-daerah Amerika Serikat seperti Los Angels dan New York, dan jarang sekali kasus yang terjadi di negara Israel. Lalu untuk menelusuri mengenai pengusiran setan dalam agama Yahudi kita dapat menelusuri dari gulungan laut mati di Qumran. Di dalam gulungan itu selain mengenai kitab-kitab suci untuk umat Yahudi dan Kristen, gulungan itu berisikan beberapa cerita mengenai pengusiran setan yang dilakukan kaum Essene pada zaman dahulu.

  Kaum Essene melakukan ritual pengusiran setan dengan memberikan obat-obatan dari sari akar-akaran tanaman beracun lewat upacara kurban yang berlangsung di dalam Bait Allah kepada pasien disertai dengan doa dan nyanyian dari Kitab Mazmur. Tetapi mulai sekitaran abad ke-19, para Rabbi melakukan ritual pengusiran setan dengan cara mengundang para minyan (10 orang dewasa pilihan sebagai tim pendoa yang menguasai atau menghafal kitab mazmur) mengelilingi sang pasien dengan membentuk lingkaran yang agak lebar, lalu para minyan akan membacakan 3 kali Mazmur 91 dengan cara dikidungkan (dinyanyikan), sedangkan sang Rabbi sebelumnya telah menaruh lilin sebanyak 7 buah yang melingkari sang pasien, lalu meniup Shofar dan mengurapi dengan minyak zaitun murni yang telah didoakan sebelumnya. Dikalangan umat Yahudi, belum ada doa umum yang bisa digunakan dalam pengusiran setan untuk umat awam. Jadi hanya beberapa dari mereka yang akan menggunakan lafalan doa Mazmur 23, Mazmur 91, dan Mazmur 92. Tetapi umumnya akan menggunakan mazmur 91 dengan cara mengkidungkannya.


SHINTO











Gambar 1.8 Pengusiran Setan di dalam Shintoisme


Harae atau harai (  atau   ) adalah istilah umum untuk ritual penyucian di kepercayaan Shinto. Harae adalah salah satu dari empat elemen penting yang terlibat dalam upacara Shinto. Tujuannya adalah pemurnian polusi atau dosa (tsumi) dan kenajisan (kegare). Harae sering digambarkan sebagai penyucian, tetapi juga dikenal sebagai pengusiran setan sebelum dilakukan penyembahan. Harae sering kali melibatkan pencucian simbolis dengan air, atau meminta pendeta Shinto untuk mengibaskan kertas besar yang disebut nusa atau haraegushi di atas objek pemurnian atau seseorang yang sedang kerasukan roh jahat. Pendeta juga akan menaburkan garam murni ke badan seseorang yang sedang kerasukan dan akan memaksa roh tersebut untuk keluar dari tubuh orang tersebut. Jika belum langsung keluar, maka pendeta akan menggunakan lantunan mantra tertentu untuk mengundang elemen langit dan bumi, termasuk para Kami untuk memukul mundur roh jahat tersebut. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TANDA-TANDA KEHADIRAN MAKHLUK HALUS